“Menjaga bambunya supaya tidak habis. Karena mereka setelah menebang bambu kemudian menanam kembali dengan teori yang sangat modern,” ujar Uu usai beraudiensi dengan HLI terkait program Bambu Juara Bambu Jawa Barat (Baju Baja) di Gedung Sate, Bandung.
Uu menbambahkan, Pemprov Jabar akan memberikan bantuan baik untuk permodalan maupun berupa peralatan yang dibutuhkan untuk pengrajin. “Untuk permodalan kami sampaikan tentang program Kredit Mesra. Tetapi untuk alat-alat untuk membuat kerajinan dari bambu ini akan kami bantu sesuai dengan kebutuhan di desa,” ujar dia.
Diluncurkan pada 17 Januari 2019, program Bambu Juara Bambu Jawa Barat (Baju Baja) yang digagas komunitas pelestari lingkungan Hijau Lestari Indonesia (HLI) telah berhasil membina 19 desa di lima kabupaten/kota di Jawa Barat.
Program Baju Baja menargetkan 100 desa binaan hingga Oktober 2019 nanti.
Ketua Program Baju Baja Oki Hikmawan menuturkan, desa-desa ini akan dibina untuk membangun potensi kearifan lokal daerahnya melalui bambu. “Mudah-mudahan mimpi kami untuk menjadikan 100 desa kreatif di Jabar Juara Lahir dan Batin ini bisa terealisasi sampai bulan Oktober,” kata Oki.
Dia menjelaskan, dari 19 desa yang dibina, empat desa diplot memproduksi kriya bambu dengan produk tertentu, yaitu Desa Kalijati Timur di Subang dengan produk bambu laminasi, Desa Ciaseum Girang, Subang (produk kreasi dekor kap lampu), Desa Kujang Sari di Kota Banjar (produk peralatan dapur), dan Desa Kadudampit di Kabupaten Sukabumi (produk kreasi lampu duduk).
Menurut Oki, terkait konservasi, Baju Baja akan melatih pengrajin untuk melakukan penanaman bambu kembali, untuk menjamin ketersediaan bahan mentah.
Baju Baja, tambah Oki, kini sedang menyiapkan MoU dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat untuk program pembibitan bambu langka dan persiapan lahan untuk konservasi.
“Kami tindak lanjuti bagaimana menciptakan desa kreatif di Jawa Barat tidak hanya berinovasi di pemanfaatan bambu saja, tapi juga pengelolaan dan konservasi bambunya,” ujarnya.(tempo)