Jabarpos.com Bandung – Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan konserpasi alam yang memiliki hutan yang masih asri di tambah dengan pasir putih membentang di bibir pantai di ujung barat pulau Jawa ini.
Kawasan Ujung Kulon khususnya Sanghyang Sirah merupakan tempat tujuan dan surga para traveler dan pejiarah, karna disana terdapat beberapa petilasan juga makam yang diyakini leluhur bangsa Sunda, ditambah potensi alamnya yang sangat indah, namun setiap yang mau berkunjung ke kawasan ini harus memiliki pisik yang kuat dan bernyali besar tentunya.
Seperti yang di alami oleh Rusman Yusup, S.I.kom. Yang akrab dipanggil Om Yus, Mengisahkan Pengalamannya di tahun 2012 silam”Sepanjang perjalanan Kami menyebrangi lautan,banyak pemandangan indah yang dapat dinikmati dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan alam Indonesia sangat indah”
“Tak dapat diungkapkan dengan kata-kata rasa bahagia bisa melakukan perjalanan seperti sekarang ini. Ada rasa kagum yang mendalam terhadap para nelayan dan awak kapal yang begitu cekatan dalam melakukan tugasnya sehingga kami bisa dengan nyaman menikmati perjalanan ini”Tuturnya.
“Setelah beberapa jam perjalanan tepatnya pukul 12.00 WIB siang, akhirnya kami sampai di Pulau Peucang, untuk melapor dan meminta ijin maksud dan tujuan kami ke Sanghyang Sirah kepada petugas Taman Nasional Ujung Kulon, yang merupakan satu wilayah kawasan Cagar alam Taman Nasional Ujung Kulon”Ungkapnya.
“Tidak terlau lama kami singgah di Pulau Peucang karena katanya perjalanan ke Sanghyang Sirah perlu waktu 2 jam lagi, jadi kami hanya mengabadikan beberapa lokasi yang dirasa perlu untuk dokumentasi”Imbuhnya.
“Tepat pukul 12.30, perjalanan dilanjutkan ke Sanghyang Sirah, Pada awalnya gelombang ombak masih normal dan cuaca sungguh cerah karena mungkin kami semua masih berada di Selat Sunda, begitu kapal sudah mulai membelah Samudera Indonesia, yang merupakan lautan lepas antara Indonesia dengan Australia, keadaan ombak lautan dan angin berubah menjadi pasang dan bergelora”
“Beberapa kali lambung kapal dihantam ombak sehingga air laut pun masuk ke dalam kapal, bahkan baju dan muka kami kena cipratan air laut. Bahkan terlihat dikejauhan ombak menggulung tinggi kemudian memecah, nyali Kami semua pada saat mulai diuji dengan ketinggian ombak yang mencapai hampir 5 meter, perahu yang kami tumpangi terus dihantam”Kisahnya.
“Kami sangat salut pada nahkoda dan awak kapal yang sangat cekatan karna harus membelah ombak, itu membuat kami semua penumpang merasa “Reugreug” (tenang) dengan logat sundanya”
“Lalu kami semua melakukan munajat(Berdo’a) dengan harapan perjalanan ini tidak terjadi apa-apa serta dilancarkan. Namun dibalik ketegangan kami dengan kondisi lautan lepas, saya acungkan jempol kepada salah satu sodara kami, Agus Setiawan dengan berani duduk di dek perahu bagian depan dengan situasi ombak besar menghantam bagian depan perahu kami, nyali yang begitu berani untuk seseorang yang notabene bukan merupakan nelayan”Ujar Om Yus sambil mengangkat jempolnya.(AP-JPC)