AS dan Tiongkok Capai Kesepakatan Baru untuk Percepat Pengiriman Tanah Jarang

oleh -11 views
Aktivitas pertambangan | Foto: Ilustrasi / No Glori's

Amerika Serikat dan Tiongkok (China) sepakat untuk mempercepat pengiriman tanah jarang ke AS. Kesepakatan ini bagian dari upaya meredakan ketegangan perang dagang yang telah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. Tanah jarang atau logam tanah jarang atau unsur logam langka adalah kumpulan 17 unsur kimia terutama 15 lantanida ditambah skandium dan itrium.

Kesepakatan ini dikonfirmasi oleh seorang pejabat Gedung Putih pada Kamis, 26 Juni 2025, yang menyebut bahwa kedua negara menyetujui kerangka kerja tambahan untuk melaksanakan hasil pertemuan di Jenewa pada Mei lalu.

Dalam pertemuan tersebut, Beijing menyatakan komitmennya untuk mencabut sejumlah kebijakan balasan non-tarif yang dikenakan sejak April 2025.

“Kesepahaman ini menyangkut percepatan ekspor tanah jarang ke Amerika Serikat,” ujar pejabat tersebut, seraya menambahkan bahwa perjanjian tersebut sudah dicapai pada awal pekan ini, dilansir dari The Guardian.

Presiden Donald Trump sebelumnya telah mengumumkan bahwa AS menandatangani kesepakatan dengan Tiongkok, meski tidak memberikan rincian lebih lanjut. Ia juga menyebut adanya potensi kesepakatan terpisah dengan India.

Tanah jarang merupakan unsur penting dalam berbagai industri strategis, termasuk otomotif, kedirgantaraan, semikonduktor, dan pertahanan. Sejak diberlakukannya tarif balasan oleh China, ekspor berbagai mineral dan magnet penting sempat tertunda, memicu gangguan pada rantai pasok global.

Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, dalam pernyataannya kepada Bloomberg, mengatakan bahwa China akan kembali mengirimkan tanah jarang ke AS. “Begitu mereka kirim, kami akan mencabut tindakan pencegahan kami,” ujarnya.

Meski begitu, proses implementasi kesepakatan diperkirakan tidak mudah. Menurut sumber industri, China sangat berhati-hati dalam hal penggunaan ganda (dual use) tanah jarang, terutama untuk menghindari potensi penggunaannya dalam sektor militer AS.

Pemerintah China bahkan menerapkan prosedur pemeriksaan ketat terhadap pembeli dan memperlambat proses perizinan ekspor.

Sementara itu, pihak Kedutaan Besar China di Washington belum memberikan tanggapan atas perkembangan ini.

Kesepakatan ini menjadi sinyal positif setelah berbulan-bulan ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia, namun jalan menuju kesepakatan dagang yang komprehensif diperkirakan masih panjang.

Sebagai bagian dari langkah-langkah transisi, Reuters sebelumnya melaporkan bahwa tiga produsen mobil utama AS telah diberikan lisensi ekspor sementara oleh pemerintah Tiongkok, untuk mengurangi dampak gangguan rantai pasok.

Pada pertengahan Juni, Trump juga mengungkap bahwa sebagai bagian dari pertukaran dagang, China bersedia mengirimkan magnet dan mineral tanah jarang, sementara AS akan melonggarkan pembatasan terhadap mahasiswa China yang belajar di universitas-universitas Amerika.***

— The Guardian