Berwisata Sekaligus Napak Tilas Sejarah Di Gunung Puyuh Sumedang

oleh -6,331 views

Jabarpos.com. Gunung Puyuh – Siapa yang tak mengenal Cut Nyak Dien. Wanita pemberani ini merupakan salah satu Pahlawan Nasional yang terkenal sangat gigih melawan Belanda. Di akhir hidupnya, Cut Nyak Dien tinggal di pengasingan di Sumedang, Jawa Barat.

Setelah ditangkap Belanda, ia dirawat di Banda Aceh karena sakit encok dan rabun. Namun karena khawatir pengaruhnya dapat membangkitkan semangat warga Aceh untuk perang, akhirnya wanita kelahiran tahun 1848 ini diasingkan di Sumedang.

Ia pun meninggal dunia di tempat pengasingan tersebut. Di usia tua, Cut Nyak Dien memang sudah sakit-sakitan. Selama ini, sangat jarang diketahui bagaimana kondisi Cut Nyak Dien selama di pengasingan.

Laman Facebook Perpustakaan Nasional membagikan foto terakhir Cut Nyak Dien. Terlihat, seorang wanita renta duduk di antara empat pria. Wajahnya menunduk seolah menahan sakit, dengan kedua tangan diletakkan di atas paha.

“Ini adalah foto terakhir Cut Nyak Dien, Pejuang Perempuan yang bernyali Singa di tempat pembuangannya di Sumedang (1904-1908). Beliau terlihat sudah mengalami gangguan kesehatan terutama penglihatannya tetapi sambil mengajar agama hingga akhir hayat. Belanda mengasingkan “Ratu Aceh” ini untuk mencegah pengaruhnya yang menyebarkan semangat perang pada rakyat Aceh. Cut Nyak Dien, pemimpin perang wanita di garis depan yang telah berhasil menghancurkan markas Belanda pada tahun 11 Februari 1899. Sang Pahlawan Kesuma Bangsa ini wafat pada 6 November 1908 di tempat pembuangannya di Sumedang. Dari berbagai sumber, “demikian ditulis Perpustakaan Nasional sebagai keterangan foto itu. ”

Dilansir laman jabarprov.go.id, Cut Nyak Dien binti Teuku Nanta Setia, salah satu pahlawan nasional bangsa Indonesia, merupakan sosok pahlawan wanita dari Aceh Barat yang mendapat julukan Srikandi Indonesia. Cut Nyak Dien wafat tanggal 6 Nopember 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan, tidak jauh dari Alun-Alun Sumedang. Tempat ini merupakan salah satu tempat bersejarah di Kota Sumedang.

Diceritakan oleh juru kunci makan Cut Nyak Dien, Rd. Dadan R. Kusumah, bahwa pada tanggal 11 Desember 1906. Cut Nyak Dien di buang ke Sumedang oleh Belanda bersama seorang panglima perangnya dan seorang anak laki-laki berumur 15 tahun bernama Teuku Nana.

Gubernur Jenderal Belanda J.B.V. Heuts, adalah yang menerima Cut Nyak Dien di Sumedang dan Bupati Sumedang pada saat itu adalah Pangeran Aria Suriaatmaja (Pangeran Mekah), anak dari Pangeran Aria Kusumah Adinata (Pangeran Sugih), cucu dari Pangeran Suriaatmaja (Pangeran Kornel) yang membuat jalan cadas Pangeran. Cut Nyak Dien dirawat oleh KH. Sanusi, seorang ulama Masjid Agung Sumedang dan setelah KH.Sanusi wafat dirawat oleh H. Husna, anak dari KH. Sanusi.

Meskipun kondisi Cut Nyak Dien sudah tidak bisa melihat, beliau masih bisa memberikan pelajaran mengaji bagi ibu-ibu warga kaum dan masyarakat Sumedang, sehingga diberi julukan Ibu Perbu (Ratu). Hingga akhirnya beliau wafat dan dimakamkan di Sumedang. Dari sebelum tahun 1950, masyarakat tidak ada yang mengetahui bahwa itu makam Pahlawan nasional Cut Nyak Dien, tapi makam ibu Perbu (Ratu) Baru diketahui setelah H. Husna wafat tahun 1948 bahwa itu adalah makam Cut Nyak Dien.

Jika anda datang ke Sumedang sendiri atau dengan keluarga, Singgah barang sebentar ke Gunung Puyuh untuk mengenal lebih jauh tokoh Pahlawan perempun satu ini. JPC/AP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *